Selasa, 06 November 2012

kisah di terik siang


foto pendakian pada saat diksar, foto ini memang sangat simpel. tapi tersirat banyak arti dalam foto ini. dalam pendakian saat lintas malino-maros (sulawesi selatan), tim kami berpapasan dengan anak-anak gunung yang setiap harinya harus menempuh perjalanan 2 km untuk menuntut ilmu. dunia pendidikan yang selama ini kita remehkan, ternyata masih ada yang berjuang melawan teriknya siang, kerasnya batu, dan asinnya keringat. bukannya tak ada lelah yang terpatri dalam benak ini, tapi alangkah malunya ketika kami berpapasan dengan sekelompok anak gunung ini diperjalanan dalam keadaan terengah-engah. jadi kami berjalan seakan tanpa beban, mencoba menyambut senyuman mereka dengan senyuman tulus dibalik beratnya beban yang ada dipunggung. hidup memang keras, tapi lebih keras lagi bagi segelinir orang yang tak pandang lelah untuk berjuang demi hidup.
waktu itu, sekitar jam 12 siang. saat matahari tepat berada diatas ubun-ubun. menyengat dengan ganasnya. dan yang lebh mengagumkan lagi setelah beberapa tanjakan lagi, kami sempat beriringan dengan nenek yang tengah memikul kayu bakar hasil dari kebun. romannya kayu bakar ini hendak digunakan untuk keperluan dapur dirumah, entah mungkin juga untuk di jual. tapi saya benar-benar kagum saat melihat kegigihan sang nenek. berjalan ditengah terik tanpa alas kaki, dan beralas kepala-kan kayu. disaat nenek bekerja keras di pijakan bumi, sang cucu berjuang melanglang buana denga menggantungkan cita-citanya setinggi langit, dan tujuan akhirnya adalah mencapai itu untuk membuat sang nenek tersenyum. pelajaran kali ini, ilmu bukanlah sesuatu yang mahal, tapi harus diperjuangkan untuk meraihnya. dan selalu ada kata bahagia diujung setiap perjalanan yang dilakukan dengan ikhlas dan niat yang lurus menjadi penentu. keep spirit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar